27 Des 2011

Pergaulan dengan sesama manusia


Pergaulan dengan sesama manusia

Pada dasarnya kodrat manusia adalah mahluk sosial, yang tidak pernah bisa lepas satu sama yang lainnya, bagi seorang muslim tentu dapat berinteraksi kepada siapapun, bahkan bermu’amalat dengan non Muslim islam memperbolehkan, seperti dicontohkan oleh Rosululloh yaitu beliau pernah menjalin hubungan dagang dengan orang yahudi.
Namun apabila kita kaitkan dengan ibadah, maka islam memberi batasan-batasan yang jelas, seperti di kemukakan dalam surat Al kafirun ayat 1-6

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Artinya :
1. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".

Surah al Kafirun ayat 1 – 3 merupakan pernyataan tegas bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw dan para pengikut beliau bukan apa yang disembah orang-orang kafir. Dan secara tegas pula beliau menyatakan bukan penyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. Sebaliknya, orang-oarng kafir pun bukan penyembah Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw.  Dan antara keduanya tidak akan ada titik temu, yang disebabkan kekufuran yang melekat pada diri orang-orang kafir sehingga mereka tidak ada harapan baik masa kini maupun masa yang akan datang
Pada ayat 4-5 ditegaskan kalau Nabi Muhammad saw memiliki memiliki konsistensi dalam pengabdiannya. Artinya apa yang beliau sembah tidak akan berubah-ubah. Cara ibadah kaum muslimin berdasarkan petunjuk Illahi, sedangkan cara orang kafir berdasarkan hawa nafsu.
Melalui surah ini, Nabi Muhammad saw ingin mengajarkan bahwa sebagai orang yang beriman, kita hendaknya mempunyai kepribadian yang teguh dan kuat yang tidak tergoyahkan oleh apapun.
Ayat 6 mengemukakan adanya pengakuan eksistensi secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untukku agamaku. Dengan demikian masing-masing dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing.
Dalam ayat lain, QS Yunus 40=41 Allah berfirman :
  
15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah[1343] sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".

[1343] Maksudnya: tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berdakwah.

 Jadi jelas sekali keterangan diatas atas batasan wilayah kita bertoleransi terhadap sesame utamanya terhadap Non muslim, tidak ada pertentangan antara orang islam dan non islam, artinya boleh kita berinteraksi, komunikasi, ataupun bermuamalat dengan mereka, akan tetapi, kita tidak diperkenankan memasuki wilayah ibadah, apalagi kita sampai pada mengiyakan dan mengikuti ibadahnya / atau amalanya.
Ahirnya sebagai seorang muslim mari kita bedakan antara ibadah dan muamalah, jangan sampai tercampuraduk, sehingga kita tidak bias memilah dan memilih antara hablum minalloh dengan hablum minannasi. trimakasih

Dipersembahkan oleh Al faqir ila rohmatillah
Drs, Nur Yasin Ibnu Masykur
Menanggapi batasan pergaulan ttg pesta natal bagi kaum muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar